Pemantauan Suhu untuk Vaksin Beku Dalam

Panduan Penyimpanan dan Penanganan Vaksin CDC

Banyak vaksin mengandung sel hidup, sehingga saat disimpan dalam jangka waktu tertentu, vaksin tersebut harus dijaga dalam rentang suhu yang sesuai untuk mencegah degradasi. Vaksin yang dibiarkan berada di luar rentang suhu penyimpanan yang aman dapat dengan cepat kehilangan potensinya, yang berarti pasien mungkin tidak memperoleh kekebalan yang memadai atau bahkan tidak mendapatkan perlindungan sama sekali.

Kebutuhan untuk mengontrol suhu vaksin setiap saat inilah yang melahirkan konsep rantai dingin (cold chain): serangkaian prosedur penyimpanan, transportasi, dan pemantauan yang memastikan potensi vaksin tetap terjaga mulai dari pabrikan hingga ke setiap pasien secara individu. Namun demikian, prosedur penyimpanan dan pemantauan dalam rantai dingin yang ada saat ini mungkin belum mampu menangani suhu yang sangat rendah yang dibutuhkan oleh beberapa vaksin baru yang dikembangkan belakangan ini.

Suhu Penyimpanan Vaksin

Banyak vaksin yang digunakan secara luas membutuhkan penyimpanan di suhu lemari es antara +2 hingga +8°C (+36 hingga +46°F), namun bisa cepat rusak jika sampai membeku. Vaksin yang termasuk dalam kategori ini meliputi vaksin untuk influenza, difteri, dan tetanus. Beberapa vaksin lainnya bisa ditoleransi untuk dibekukan, atau bahkan memerlukan penyimpanan pada suhu sub-zero di kisaran -15 hingga -50°C (+5 hingga -58°F), seperti vaksin MMR (campak, gondok, rubela) dan cacar air.

Namun, kini mulai muncul tren vaksin yang membutuhkan penyimpanan pada suhu yang jauh lebih rendah. Sejak tahun 2019, vaksin pertama yang efektif untuk Ebola telah disetujui untuk digunakan, dan vaksin ini harus disimpan pada suhu -60°C (-76°F). Beberapa kandidat utama vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna bahkan membutuhkan penyimpanan hingga -80°C (-112°F).

Vaksin-vaksin ini termasuk dalam kategori vaksin mRNA, yaitu teknologi berbasis gen yang merupakan terobosan terbaru dalam pengembangan vaksin. Berbeda dengan vaksin tradisional yang mengandung organisme penyebab penyakit (baik dalam bentuk dilemahkan, dimatikan, atau bagian proteinnya), vaksin mRNA bekerja dengan “menipu” tubuh agar memproduksi protein virus itu sendiri, sehingga memicu respons kekebalan tubuh.

Salah satu keuntungan penting dari vaksin mRNA adalah proses produksinya yang jauh lebih cepat, yang sangat krusial dalam menghadapi pandemi seperti Covid-19.

Namun, menjaga rantai dingin (cold chain) pada suhu serendah ini memerlukan kemasan dan prosedur penanganan yang sangat khusus, serta menghadirkan tantangan besar dalam memantau kondisi vaksin sepanjang jalur distribusinya.

EasyLog EL-WiFi-VACX Alat Perekam Data Suhu Vaksin Data Loger

High-Accuracy Vaccine Monitor adalah perangkat pemantau suhu vaksin berakurasi tinggi dengan konektivitas WiFi ke EasyLog Cloud. Dirancang khusus untuk pemantauan suhu vaksin yang sensitif, perangkat ini mencakup probe termistor presisi yang dapat dikalibrasi dan dirancang untuk digunakan bersama botol glikol guna mensimulasikan respons suhu vaksin yang sebenarnya.

Memantau Vaksin pada Suhu Beku Ekstrem (Kriojenik)

Setiap unit penyimpanan vaksin wajib dilengkapi dengan perangkat pemantau suhu. Riwayat suhu yang akurat, yang mencerminkan suhu aktual vaksin selama penyimpanan, sangat penting untuk menjaga keefektifan vaksin.

📌 CDC Vaccine Storage and Handling Toolkit

Metode yang disetujui untuk memantau suhu penyimpanan vaksin adalah menggunakan Digital Data Logger (DDL). Namun, banyak data logger yang dirancang untuk vaksin pada suhu lemari es atau beku standar tidak mampu mengukur secara akurat pada suhu kriojenik (beku sangat ekstrem)—bahkan beberapa mungkin tidak dapat berfungsi sama sekali. Faktor utama yang membatasi kemampuan pengukuran suhu rendah ini adalah jenis sensor suhu yang digunakan.

🔹 Thermistor
Sebagian besar logger vaksin menggunakan probe suhu thermistor, yang bekerja dengan mengukur perubahan resistansi listrik akibat suhu. Thermistor dikenal sangat akurat, biasanya ±0.1°C (±0.2°F). Namun, kelemahannya adalah thermistor tidak dapat bekerja pada suhu di bawah -60°C (-76°F).

🔹 Thermocouple
Untuk suhu ekstrem, probe thermocouple adalah pilihan yang lebih tepat. Thermocouple terdiri dari dua material konduktif berbeda, yang menghasilkan arus listrik kecil saat suhu berubah. Meskipun akurasi thermocouple sedikit lebih rendah dibandingkan thermistor, kemampuannya untuk mengukur hingga -200°C (-328°F) menjadikannya sangat ideal untuk pemantauan suhu kriojenik.

🔧 Kesimpulan
Untuk penyimpanan vaksin pada suhu sangat rendah—seperti vaksin mRNA yang memerlukan suhu -80°C atau lebih rendah—logger dengan sensor thermocouple wajib digunakan agar pemantauan tetap akurat dan andal.

Kesimpulan

Seiring dengan upaya layanan kesehatan dan medis di seluruh dunia dalam mempersiapkan ketersediaan awal vaksin Covid-19, pentingnya pemantauan suhu rendah untuk vaksin tidak boleh diabaikan. Mengandalkan digital data logger yang sudah ada mungkin tidak cukup memadai, terutama untuk vaksin yang memerlukan penyimpanan pada suhu sangat rendah. Oleh karena itu, organisasi yang terlibat dalam rantai dingin vaksin perlu memastikan ketersediaan data logger yang sesuai, khususnya yang mampu memantau suhu beku ekstrem secara akurat dan berkelanjutan.

EasyLog EL-USB-VAC Alat Perekam Data Suhu Vaksin Data Loger

Data logger suhu berkinerja tinggi dengan koneksi USB, ideal untuk pemantauan suhu vaksin di lemari es atau freezer. Dilengkapi botol glikol untuk akurasi tinggi, alarm suhu tinggi/rendah, serta memori internal untuk perekaman jangka panjang. Mudah diatur dan digunakan tanpa koneksi internet

Leave A Comment

Cart (0 items)